Wednesday, 27 March 2013

Islam Berbicara Tentang Fungsi Pendidikan


Islam Berbicara Tentang Fungsi Pendidikan
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pada zaman purba kebanyakan manusia memperlakukan anak-anaknya secara insting / naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Insting / naluri merupakan pembawaan sejak lahir, suatu sifat yang tidak perlu dipelajari.[1] Namun perkembangan manusia sudah menyadari bahwa manusia mempunyai fitrah dan sanggup berfikir untuk mengenyam pendidikan. Semua itu dilakukan agar pendidikan dapat benar – benar terealisasi tujuan, fungsi dan filsafatnya. Banyak pandangan para pemikir mengenai makna pendidikan. Mereka melihat pendidikan dalam berbagai perspektif sehingga makna pendidikan pun bergantung pada perspektif yang digunakan. Sekalipun demikian dari semua pandangan tentang pendidikan, trdapat makna subtansial yang memiliki kesamaan fokus sebagai makna hakiki pendidikan. Din Wahyudi berpendapat bahwa pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang mengembangkan makna pendidikan yang berfungsi untuk kehidupan manusia yang lebih baik.[2]
Dalam hal ini, manusia muslim semakin sadar untuk menganalogikan fungsi pendidikan ke dalam perspektif islam. Dan mencoba mengaplikasikannya dalam kehidupan islam. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas fungsi pendidikan, dan bagaimana kaitannya sesuai dengan perspektif islam.





B.     Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang yang telah disebutkan, terdapat beberapa rumusan masalah. Diantaranya :
1.    Apa fungsi pendidikan  itu?
2.    Bagaimanakah fungsi pendidikan dalam perspektif islam ?
3.    Apa saja faktor yang mempengaruhi tercapainya fungsi pendidikan?
4.    Bagaimana implementasi fungsi pendidikan pada pendidikan saat ini?

C.    Pembahasan
1.    Fungsi Pendidikan
Dalam UUD 1945 pasal 3 menjelasakan bahwa “pendidikan nasioanal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”[3]
Dalam membahas fungsi pendidikan ini akan difokuskan pada tiga fungsi pokok dari pendidikan, yakni : pendidikan sebagai penegak nilai, pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat, dan pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia. Penjelasan dari tiga fungsi pendidikan adalah sebagai berikut:[4]
1)   Pendidikan sebagai penegak nilai
Pendidikan mempunyai peran yang amat penting dalam kaitan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalam masyarrakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-nilai ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Masyarakat dapat melaksanakan kehidupannya secara tenang sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap anggota masyarakat.
2)   Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat
Pendidikan dalam suatu masyarakat akan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Kiprah pendidikan tersebut sangat tergantung pada seberapa aktif dan kreatif para pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini biasanya para tokoh masyarakat, para guru dan para pendidik lain merupakan motor penggerak serta kemajuan masyarakat yang bersangkutan.
3)   Pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia
Melalui pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam diri individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang lebih baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih handal. Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi pendidikan yang paling menonjol.
Pendidikan karakter bangsa yang berbasis pada pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) memainkan fungsi penting dalam hidup warga bangsa dan penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Secara nasional, fungsi pendidikan karakter bangsa adalah (Kemendiknas, 2010:7):[5]
a)    Fungsi Pengembangan: yang secara khusus disasarkan pada peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berperilaku baik, berdasarkan pada kebajikan umum (virtues) yang bersumber pada filosofi kebangsaan di dalam Pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik diharapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa. Dengan kata lain, dari perilaku peserta didik, yang adalah warga bangsa, orang dapat mengetahui karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
b)   Fungsi Perbaikan: yang secara khusus diarahkan untuk memperkuat pendidikan nasional yang bertanggungjawab terhadap pengembangan potensi dan martabat peserta didik. Dengan fungsi ini pula, pendidikan karakter bangsa hendaknya mencapai suatu proses revitalisasi perilaku dengan mengedepankan pilar-pilar kebangsaan untuk menghindari distorsi nasionalisme.
c)    Fungsi Penyaring: terkait dengan fungsi perbaikan tadi, dalam fungsi penyaring ini sistem pendidikan karakter bangsa dikembangkan agar peserta didik dapat menangkal pengaruh budaya lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Fungsi ini bertujuan meningkatkan martabat bangsa.
2.    Fungsi Pendidikan Dalam Perspektif Islam
Pendidikan islam adalah suatu sistem kehidupan yang menyangkut segala aspek kehidupan manusia baik yang bersifat individu maupun kolektif. Konsekuensinya pendidikan tidak bisa menganut sistem tertutup melainkan harus memiliki sistem terbuka dalam artian selalu merespons, akomodatif, dan berorientasi ke masa depan.[6]
Fungsi pendidikan islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat struktural dan institusioanal. Arti dan tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya struktur organisasi pendidikan yang mengatur jalannya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun segi horisontal. Faktor-faktor pendidikan bisa berfungsi secara interaksional (saling memengaruhi) yang bermuara pada tujuan pendidikan  yang diinginkan. Sebaliknya, artitujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin proses pendidikan yang berjalan secara konsisten dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan manusia dan cenderung kearah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai jenis dan jalur kependidikan yang formal, informal, dan nonformal dalam masyarakat.[7]
Menurut Kurshid Ahmad, yang dikutip Rama Yulis, fungsi pendidikan islam adalah:[8]
Ø Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa.
Ø Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.
Dalam dunia pendidikan islam istilah pendidikan berkisar pada konsep-konsep yang dirumuskan dalam istilah-istilah:[9]
3.    Taklim, yaitu pendidikan yang menitik beratkan masalh pada pengajaran, penyampaian informasi, dan pengembangan ilmu. Jadi disini pendidikan berfungsi menjadi alat dalam penyampaian informasi.
4.    Tarbiyah, yaitu pendidikan yang menitik beratkan masalah pada pendidikan, pembentukan, dan pengembangan pribadi serta pembentukan dan penggemblengan kode etik (norma-norma etika/akhlak). Disisni pendidikan sebagai alat dalam pembentukan akhlak.
5.    Ta’dib, yaitu pendidikan yang memandang bahwa proses pendididkan merupakan usaha yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang berguna bagi dirinya sebagai muslim yang harus melaksnakan  kewajiban serta fungsionalisasi atas sistem sikap yang direalisasikan dalam kemampuan berbuat yang teratur (sistematik), terarah (fa akim wajhaka liddini hanifa), dan efektif. Disini fungsi pendidikan sebagai alat untuk menyusun keteraturan ilmu sehingga berguna bagi diri sendiri.
Manusia yang diinginakan dari hasil pendidikan adalah manusia yang baik, manusia yang dibentuk dari pembinaan mental, kecerdasan otak, kemudian menguraikannya dengan jiwanya yang saling kontradiksi, kemudian dibina dengan memberi teladan, nasehat, cerita.[10] Sehingga fungsi pendidikan juga membina mental selain mencerdaskan otak.
            Pendidikan islam perlu memiliki pandangan yang sesuai dalam praktik dan memiliki kelenturan dalam teori-teori kependidikan, ia juga merupakan eksperimentasi teori pendidikan islam, yang bertugas memfungsionalkan ide-ide kependidikan dalam proses pelaksanaan baik dalam bentuk formal, seperti di sekolah maupun nonformal seperti di majelis ta’lim, pondok pesantren, dan pendidikan keluarga.
Dengan demikian jelaslah bahwa fungsi ilmu pendidikan Islam praktis mencakup tiga macam tugas, yaitu :
a.       Melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita islam yang harus diikhtiarkan agar menjadi kenyataan.
b.      Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan islam tersebut.
Mekanisme proses kependidikan islam dari segi operasional dapat disamakan dengan proses mekanisme yang berasal dari penerimaan input (bahan masukan), lalu diproses dalam kegiatan pendidikan, kemudian berakhir pada output (hasil yang diharapkan). Dari hasil yang diharapkan itu timbul umpan balik (feedback) yang mengoreksi bahan masukan (input). Mekanisme proses semacam ini berlangsung terus menerus selama proses kependidikan terjadi. Semakin banyak diperoleh bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu, semakin berkembang pula ilmu pendidikan Islam.
c.       Disamping itu juga menjadi pengoreksi terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh ilmu pendidikan islam, sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktik semakin dekat, dan hubungan antara keduanya makin bersifat interaktif (saling mempengaruhi).[11]
3.    Faktor yang mempengaruhi tercapainya fungsi pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pendidikan Agama Islam.
a. Pendidik.
Pendidik yang mampu untuk memainkan peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya secara proporsional dan mampu menjadi motivator serta fasilitator dalam proses belajar mengajar disekolah[12]. Seorang pendidiklah yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik untuk mencapai fungsi pendidikan. Pendidik merupakan fasilitator peserta didik yang memandu peserta didik dalam proses belajar.
b.  Peserta didik.
Peserta didik yang bersih hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa, anak didik yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia seperti, bersikap benar, taqwa, ikhlas, zuhud, merendahkan diri dan ridha. Peserta didik yang selalu menghormati gurunya dan selalu berusaha untuk senantiasa memperoleh kerelaan dari guru.[13] Peserta didik yang berakhlak mulia dan mampu menjaga hubungannya dengan guru merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya funsi pendidikan. Karena dengan adanya akhlaq baik dari peserta didik, maka mudah pula mencapai fungsi pendidikan islam.
c.  Kurikulum.
Kurikulum berbasis kompetensi yang selaras dengan fitrah insani, yaitu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan psikis, sosial, budaya, fisik, dan intelektual untuk melakukan kompetensi atau tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan tehadap seperangkat kompetensi tertentu.[14] Adanya kurikulum yang berbasis kompetensi yang selaras dengan fitrah insani, tentunya akan mendorong tercapainya suatu fungsi pendidikan islam.

d.  Metode.
Metode pendidikan yang berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran  anak didik untuk mengamalkan  ketentuan ajaran agama Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secara mantap. Disamping berdaya guna untuk mengantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan.[15] Adanya metode yang berdaya guna dan berhasil guna serta tidak meninggalkan kandungan islaminya, akan mendorong tercapainya suatu fungsi pendidikan.
e.  Sarana dan Prasarana.
Sarana dan prasarana yang bisa memotivasi belajar siswa terhadap ajaran agama Islam yang tidak terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan barang atau peralatan, tetapi juga ide, gagasan, prosedur, teknik, dan strategi yang dikembangkan oleh pihak sekolah atau dari pihak pemerintah.aadanya sarana yang tidak hanya berupa alat, tetapi juga gagasan yang di kembangkan oleh pihak sekolah.

4.    Implementasi fungsi pendidikan islam pada pendidikan saat ini
Fungsi pendidikan islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar.[16] Tinjauan filosofik pendidikan itu dapat diungkapkan dari misi ke-Tuhanan, dan dari falsafah hidup bangsa yakni pancasila. Misi manusia hidup di bumi pada dasarnya adalah menjadi wakil Tuhan di bumi. Pendidikan pada dasarnya adalah untuk pemberdayaan fisik, akal dan hati.[17] Dari sudut pandang islam fungsi pendidikan adalah memberikan fasilitas sebagai alat untuk melakukan interaksi secara vertikan maupun horisontal. Secara vertikal yaitu interaksi kepada Allah atau berhubungan dengan ketauhidan, keimanan seseorang dapat dipengaruhi dari pendidikannya. Semakin seseorang itu banyak menkaji masalah ketauhidan maka keimanan seseorang itu diharapkan maksimal. Kemudian secara horisontal, yaitu interaksi kepada sesama makhluk Allah baik itu manusia maupun binatang. Pendidikan islam mengajarkan cara bergaul dengan baik kepada sesama manusia dan cara menghargai binatang. Pada dasarnya pendidikan islam adalah berfungsi untuk memberikan fasilitas untuk manusia menjadi insan yang kamil.
Pada realitanya saat ini, pendidikan islam belum sepenuhnya mampu melahirkan insan yang kamil. Fungsi pendidikan belum mampu memberikan fasilitas secara maksimal, ataukah mungkin manusianya yang belum mampu mengimplementasikan ajaran dalam pendidikan islam. Yang pasti pendidikan islam belum mampu menjamin pribadi seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam fungsi pendidikan baik secara vertikal maupun horisontal. Misal saja seorang muslim yang percaya adanya Tuhan, tapi masih melakukan kebohongan. Disini berarti ketauhidannya kurang sempurna. Contoh lain adalah mengaku siswa madrasah yang tentunya mendapat pendidikan agama islam, tapi melakukan tawuran terhadap temannya sendiri yang sama-sama muslim. Dalam hal ini, hubungan secara horisontalnya belum sesuai dengan fungsi pendidikan islam yang diharapkan.
Tentunya hal ini adalah menjadi PR besar bagi para pendidik, untuk mensinkronkan antara teori dalam pendidikan islam dengan praktiknya. Agar fungsi pendidikan islam yang diharapkan akan tercapai.
D.    Kritik
1.    Habib Luthfi
Pendididikan pada hakikatnya menghadirkan pengetahuan dan pembentukan karakter untuk mencetak generasi penerus bangsa yang sesuai dengan nilai, karakter dan cita cita islam. Ini terwujud dalam UU, dan kitab – kitab dasar pendidikan. Dan didalamnya telah disebutkan fungsi pendidikan, diantaranya : pendidikan sebagai penegak nilai, pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat, dan pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia. Kesemuanya itu, bertujuan untuk membentuk watak, karakter dan pribadi yang berakhlakul karimah dan menjadi Insan Kamil. Namun jika kita analogikan dalam kenyataan,  itu semua akan masih jauh dari fungsi pendidikan. Ini terbukti, masih banyak penyimpangan – penyimpangan dan pelanggaran – pelanggaran yang justru dilakukan oleh anak – anak yang masih dalam usia pendidikan, diantaranya : pencurian, melakukan seks bebas, penggunaan narkoba, dan lain – lain.
Jadi masalah yang utama adalah pengaplikasian dari fungsi pendidikan itu sendiri. Perlu diteliti apakah ada kesalahan dari pendidikan itu sendiri, ataukah dari pendidiknya, ataukah dari peserta didiknya, ataukah dari kurikulum atau dari lainnya. Inilah yang perlu kita instropeksi dan menjadi pekerjaan rumah kita selaku generasi pengurus agar menjadikan pendidikan indonesia semakin maju dan fungsi pendidikan dapat tercapai. 
2.    Nurul Khikmawati
Dalam pendidikan di era globalisasi saat ini, fungsi pendidikan diharapkan dapat berfungsi secara real, tetapi kenyataannya fungsi pendidikan tidak berfungsi  dengan baik,  sepertihalnya tujuan pendidikan nasioanal yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tetapi kenyataannya di era globalisasi ini masih penjahat, teroris dan pelacuran, masih banyak berkeliaran, itu menunjukkan bahwa pendidikan ntidak berfungsi secara baik, sehingga masih banyak terjadi kejahatan. Dan sebaiknya seorang yang andil dalam pendidikan dapat menekankan suatu metode yang baik, agar fungsi pendidikan dapat berfungsi secara baik.
3.    Ulya Wiji Astutik
Fungsi pendidikan tidak hanya sebagai alat untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri sendiri, tetapi pendidikan juga sebagai alat untuk mengendalikan nafsu. Dengan adanya pendidikan manusia mampu berfikir menggunakan akalnya, tidak hanya menggunakan nafsu saja seperti binatang. Pendidikan juga yang menjadi alat untuk memunculkan akhlaq-akhlaq yang tentunya akhlaqul karimah. Namun pada realitanya fungsi pendidikan belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak yang mampu menegmbangkan potensinya, pandai dalam ilmu pengetahuan, ilmu sosial, ilmu politik bahkan budaya. Tapi akhlaq yang dimilikinya belum mencerminkan sosok manusia yang kamil. Misalnya, para anggota Dewan yang tentunya pandai dalam bidangnya, tapi melakukan tindak korupsi. Ini membuktikan bahwa fungsi pendidikan untuk membentuk akhlaqul karimah belum tercapai. Jadi perlu di giatkan fungsi pendidikan dalam membentuk akhlaqulkarimah agar generasi muda di masa depan mampu menjadi insan kamil. Seimbang antara pikiran, akhlaq dan nafsu.
4.    Rini Ismawati
Secara umum pendidikan dipandang sebagai sarana untuk membentuk karakter yang mulia dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh manusia serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat, tapi tak jarang orang yang berpendidikan justru menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal itu disebabkan karena kurangnya kemampuan memahami arti dari fungsi pendidikan Islam. Karena yang diharapkan dari pendidikan adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia, dengan demikian jelaslah bahwa fungsi pendidikan belum maksimal dalam mengembangkan karakter yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan demikian perlu adanya pemaksimalan dalam menjalankan fungsi pendidikan islam agar mampu mencetak generasi muslim yang mempunyai karakter mulia.
E.     Kesimpulan
Fungsi pendidikan dapat dibagi menjadi 3 pokok yaitu, pendidikan sebagai penegak nilai, pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat, dan pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia. Dalam pendidikan berkarakter di indonesia, pendidikan berfungsi sebagai pengembangan, perbaikan dan penyaring. Sedangkan Fungsi pendidikan islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan islam tersebut tercap ai dan berjalan dengan lancar.

F.     Daftar Pustaka
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. PT Bumi Aksara. Jakarta. 2003.
Djohar. Pembangunan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta: Grafika Indah. 2006.
E., Mulyasa.  Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003
Hamdani.  Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Muchit, M. Saekhan.  Issu-Issu Kontemporer Dalam Pendidikan Islam.  Kudus:  STAIN KUDUS, 2009.
Muhaimin dan Adul Mujib.  Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung : Trigenda Karya. 1993 .
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir.  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Nata,  Abuddin. Filsafat Pendidkan Islam I. Jakarta : Logos Wacana Ilmu 1997 
Pidarta, Made. Landasan Kependidikan.  PT. Rineka Cipta.  2001
Quthb, Muhammad.  Sistem Pendidikan Islam. terj. Salman Harun. Bandung: PT.Al Ma’arif. 1993.

http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-keberhasilan-pendidikan-agama-islam-2


[1] Made Pidarta, 2001,  Landasan Kependidikan,  PT. Rineka Cipta. Hlm. 2
[2] Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011, hal. 14
[3] Ibid, hal.64
[4] http://suaraterbaru.com/fungsi-pendidikan-di-indonesia diakses pada hari Senin, 11 Maret  2013,  jam 10.15
[6] M. Saekhan Muchit, Issu-Issu Kontemporer Dalam Pendidikan Islam, Kudus: STAIN KUDUS, hal. 32
[7] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: hal. 68
[8] Ibid, hal. 69
[9]Op.Cit., Saekhan Muchit, hal. 34
[10] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, Bandung: PT.Al Ma’arif, hal. 398
[11] M Arifin, 2003, Ilmu Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, Hal 13-14
[12] http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-keberhasilan-pendidikan-agama-islam-2
[13] Abuddin Nata, Filsafat Pendidkan Islam I , (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), h.82. Lihat juga : Muhaimin dan Adul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung : Trigenda Karya, 1993 ), h.182
[14] Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), h. 39.
[15] Op. cit., Muhaimin dan Abdul Mujib, h. 232.
[16] Op.Cit., Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, hal.68
[17] Djohar, Pembangunan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan, Yogyakarta: Grafika Indah, 2006, hal. 27