Sunday, 2 June 2013

SEJARAH BERDIRINYA MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 2 Kudus


SEJARAH BERDIRINYA
MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 2 Kudus
Nama: Ulya Wiji Astutik
Nim: 111214
Jurusan: Tarbiyah /PAI

 
 




Kebanyakan madrasah yang berada di Jawa dan Sumatra dipengaruhi oleh sistem madarsah Haramain, yaitu Madrasah shaulatiyyah, Madrasah Darul Ulum Ad-Diniyyah di Haramain, serta Madrasah Dar Al-Ulum di Mesir. Madrasah tersebut merupakan lembaga pendidikan tradisional dengan menerapkan pola pendidikan klasikal (bukan halaqah) dan kurikulum standar, mengikuti standar pendidikan islam secara umum yang di selenggarakan di wilayah Arab.[1]
Madrasah terus berkembang dari sisi kurikulum, jenjang studi, dan orientasi tujuannya. Madrasah dalam khazanah kehidupan bangsa indonesia menjadi sebuah fenomena budaya dan wujud entitas kelembagaan yang secara intensif menalani sosialisasi dan perkembangan. Bukan suatu hal yang berlebuhan, kalau dinyatakan bahwa secara berangsur-angsur, madrasah mulai memasuki arus utama sistem pendidikan indonesia.[2]
Sedangkan Sejarah MAN 2 Kudus, yang mana merupakan madrasah yang sudah mengalami perubahan dan perkembangan menjadi madrasah modern adalah seperti berikut:
Nama MAN 2 Kudus bagi masyarakat kabupaten Kudus dan sekitarnya bukan merupakan sesuatu yang asing. Bahkan untuk lingkup Jawa Tengah, madrasah ini dikenal sebagai MAN unggulan. Madrasah yang merupakan alih fungsi dari PGAN Kudus sejak tahun 1992 ini biaya pengelolaannya berasal dari pemerintah / DIPA dan swadaya dari orang tua siswa melalui Syahriyah.
Proses pendirian madrasah ini diawali dari pendirian SGAI (Sekolah Guru Agama Islam) pada tanggal 1 September 1950 khusus untuk kelas putra sebagai Instelling Besluit Departemen Agama RI tanggal 25 Agustus 1950 nomor 167/A/Cq. Kemudian nama SGAI diubah menjadi PGAP dengan Keputusan Menteri Agama No. 7 tahun 1951.
Pada tahun 1957 keluarlah Keputusan Inspeksi Pendidikan Agama Wilayah VI tertanggal 12 Juni 1957 dengan nomor : 9/BI/Tgs/1957 tentang izin untuk membuka kelas putri terpisah. Dengan demikian pada tahun 1957 sudah ada kelas putra dan putri secara terpisah.
Berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama tanggal 31 Desember 1964 nomor 106/1964 PGAN Kudus disempurnakan, dari PGAN 4 tahun menjadi PGAN 6 tahun. Kemudian berdasarkan surat edaran dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama tanggal 24 Mei 1977 nomor D III/Ed/80/77 tentang pelaksanaan program kurikuler di PGA 4/6 th, menyatakan bahwa struktur PGA secara kurikuler untuk kelas I, II dan III menggunakan kurikulum Madrasah Tsanawiyah.
Kemudian disusul dengan Surat Keputusan Menteri Agama tertanggal 6 Maret 1978 nomor 19 tahun 1978 tentang susunan organisasi dan Tata Kerja Pendidikan Guru Agama Negeri, maka PGAN 6 tahun Kudus dibagi menjadi 2, yaitu :
- Untuk kelas I, II dan III menjadi MTs Negeri Kudus.
- Untuk kelas IV, V dan VI menjadi PGA Negeri kelas I, II dan III.
Selanjutnya pada tanggal 6 Juni 1992 PGAN Kudus mengalami alih fungsi menjadi MAN 2 Kudus berdasarkan KMA Nomor 41 Tahun 1992 Tenggal 27 Januari 1992. Dan pada tahun 1999 nama MAN 2 Kudus diganti menjadi MAN 2 Kudus seperti sekarang ini.
Lokasi pertama madrasah adalah meminjam gedung SMPN 1 Kudus sampai 4 bulan, kemudian pinjang ke Kudus Kulon yaitu pinjam di gedung SD Muhammadiyah lalu pindah lagi di sebelah baratnya yaitu "Rumah Kapal" / bekas Gudang Pabrik Rokok cap Tebu Cengkeh.
Pada tahun 1960 PGAN Kudus mulai berusaha untuk memiliki tanah sendiri, yaitu membentuk sebuah panitia yang diketuai oleh Sukimo AF yang dibantu oleh anggota POMG / BP3 dan hasilnya adalah tanah di desa Prambatan Kidul sekarang ini, seluas 3,0488 Ha. Status tanah itu adalah tanah Negara Bebas yang pada waktu itu dikerjakan oleh 12 orang penduduk desa Prambatan Kidul secara tidak syah.
Dengan demikian maka resmilah PGAN Kudus memiliki tanah sendiri. Maka dimulailah gedung satu unit pada tahun ajaran 1963 / 1964, dan setiap tahun selalu mengalami penambahan sampai seperti sekarang ini. Kendatipun secara resmi PGAN Kudus telah memiliki tanah sendiri sejak tahun 1962, namun pensertifikatannya baru selesai pada awal tahun 1982.
Pada awal didirikan PGAN lembaga ini bertujuan untuk menghasilkan guru – guru agam Islam yang berkualitas dan dapat mendidik siswa mempunyai akhlaq yang luhur.
Namun setelah alih fungsi menjadi MAN unggulan maka tujuannya menjadi lebih luas. Yaitu ikut mencerdaskan bangsa dengan menghasilkan lulusan (out put) yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang kuat, akhlaq dan budi pekerti yang luhur, wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam, nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, motivasi dan komitmen untuk meraih prestasi, serta kepekaan sosial dan kepemimpinan. Sejak tahun ajaran 2008 / 2009, MAN 2 Kudus membuka kelas unggulan dengan nama Bilingual Class System (BCS) pada kelas X9 dan X10 yang di dalamnya adalah peserta didik unggul dalam bidang akademik dan dalam proses  belajar mengajarnya diberlakukan dengan pengantar dua bahasa yaitu bahasa arab dan bahasa inggris. Adanya modifikasi dalam pembelajaran tersebut akan memudahkan peserta didik mengadopsi ilmu pengetahuan yang sumbernya tidak berasal dari negeri kita sendiri akan tetapi dari Negara lain.
Sejak alih fungsi dari PGAN menjadi MAN dari tahun 1992 sampai sekarang telah terjadi 5 kali pergantian kepala madrasah, yaitu Drs. H. Mukhlis (1992 – 1995), Drs. H. Wahyudi (1995 – 1999), H. Sulaiman Arifin, B.A. (1999 – 2001), Drs. H. Chamdiq ZU, M.Ag. (2001 – 2006) dan H. AH. RIFAN, M.Ag. (2006 – sekarang).
Sedangkan Ketua BP3 yang sekarang berganti nama menjadi Komite sejak berdirinya MAN dijabat oleh Sudarno (1992 – 1995), dr. H. Kasno (1995 –1999), K.H. Yasin (1999 – 2001), H. Firman Lesmana, S.E. (2001 – 2008), DR. H. Masyharuddin, M.A. (2008 – 2010), dan H. Ahmad Guntur, S.E. (2010 - sekarang).[3]
MAN 2 Kudus adalah lembaga pendidikan formal setingkat SLTA berciri khas Islam berbasis riset. Cakupan riset meliputi ilmu sains, sosial, bahasa, dan agama. Program khas ini mempersiapkan para siswa untuk menjadi agent of change dan pemimpin dalam masyarakat. MAN 2 Kudus mempertahankan standar tinggi dalam kepemimpinan yang terdiri atas Komite Madrasah, Pejabat Eksekutif (Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah beserta Kepala Program dan Unit Kerja) dan Pejabat noneksekutif.
Prinsip transparansi dan akuntabilitas merupakan tulang punggung cara mengelola madrasah. MAN 2 Kudus yakin bahwa lewat berbagai tim ini akan dibangun cara-cara baru dan kreatif untuk mendekati dan
mengkoordinasi sebuah madrasah unggulan berbasis riset.
MAN 2 Kudus senantiasa mendorong pendidik dan tenaga kependidikan serta para peserta didik untuk memiliki kerangka berpikir  yang lebih luas serta luwes dalam kegiatan-kegiatan program penelitian dan kependidikan. Kepemimpinan MAN 2 Kudus bertumpu pada diskusi terbuka dan jujur untuk membangun konsensus dalam proses pengambilan keputusan guna melaksanakan kebijakan-kebijakan strategis yang memberikan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat. Manager bertanggung jawab kepada segenap pemangku kepentingan atas semua nilai yang dijunjung, misi yang ingin dicapai, dan tujuan serta prioritas yang ditetapkan. Struktur organisasi dirancang untuk menjamin mutu kebijakan, program penelitian dan kinerja akademik, serta kesejahteraan finansial seluruh lembaga sebagai kesatuan, dan mempertahankan tingkat pencapaian tertinggi dalam persaingan global.
Kerja sama yang erat antara Kepala Madrasah dan timnya dengan menekankan segi perencanaan pendanaan dan kesinambungan keuangan madrasah, memungkinkan peletakan rancangan masa depan yang efektif. Di dalam tubuh MAN 2 Kudus, diskusi dinamis dan subur antara unit kerja merupakan contoh baik bagaimana sebaiknya sebuah madrasah harus beroperasi dalam era demokratis ini.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Desertasi, Badruddin. Hubungan Madrasah Diniyah dengan Politik Pendidikan (Bab III). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. 2009.
Hamdani. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
http://man2kudus.sch.id



[1] Badruddin, Desertasi, Hubungan Madrasah Diniyah dengan Politik Pendidikan (Bab III), Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2009, hal. 54
[2] Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011, hal. 136
[3] http://man2kudus.sch.id
[4] Ibid,

IMPLEMENTASI TEORI PENDIDIKAN DI MI NU MAFATIHUL ULUM SIDOREKSO KALIWUNGU KUDUS


A.  PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Agama memiliki prioritas pada program yang telah didasarkan oleh pendekatan eksistensialis dalam pendidikan. Yang terpenting disini adalah bahwa sugesti tersebut merupakan hasil dari filosof religius. Para eksistensialis percaya bahwa seorang murid harus diserahi kebebasan untuk membentuk wawasan keagamaan, jika ia telah berada di dalam jalan yang benar. Sekolah yang ideal adalah suatu yang mengijinkan murid untuk memperbaiki kesalehan, tak masalah doktrin mana yang dipillihnya.[1] Tujuan pendidikan adalah membuat peserta didik menjadi sadar terhadap keberadaan kesadarannya, sehingga ia dapat merealisasikan dirinya sendiri sebagai manusia. Hal itu adalah adalah tugas guru untuk menginisiasi pada peserta didik, kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri.[2]
Dalam relitanya pendidikan agama belum sepenuhnya mampu menciptakan peserta didik yang bermoral baik, bahkan kesadaran atas keberadaan dirinya sendiripu belum terealisasikan secara sempurna. Banyak anak madarasah yang memiliki perilaku tidak baik. dan mereka tidak sadar bahwa mereka anak madrasah yang berasakan pendidikan islam.
Masalah tersebut bisa disebabkan karena beberapa faktor, misalnyan lingkungan dan pergaulan.  Sehingga untuk menciptakan manusia yang bermoral dan berakhlaq mulia, maka harus disiapkan lingkungan yang bai dan pendidik yang mampu mengarahkan para peserta didik ke jalan yang lurus. Sehingga mampu menghasilkan manusia yang berakhlaqul karimah.
2.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Hakikat dan Konsep Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus?
2.    Bagaimana Tujuan, Visi,  Misi Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus?
3.    Bagaimana Metode dan kurikulum Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus?
4.    Bagaimana Peran Lingkungan Terhadap Pendidikan serta Penerapan Pendidikan Berkarakter di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus?
B.  PEMBAHASAN
TEORI
1.    Hakikat dan Konsep Pendidikan.
Suatu pendidikan dinamakan pendidikan islam, jika pendidikan itu bertujuan membentuk individu menjadi bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.[3] Pada hakikatnya, pendidikan islam adalah suatu proses yang berlangsug kontiniu / berkesinambungan, berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang diemban oleh pendidikan islam adaalh pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat.  Konsep ini bermakna bahwa tugas pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh berkembang secara dinamis, mulai dari kanndungan sampai hayatnya.[4]
Konsep pendidikan islam pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik atau manusia universal (insan kamil) yakni sesuai dengan fungsi diciptakannya manusia dimana ia membawa dua misi, yaitu: pertama sebagai ‘Abdullah (hamba allah) dan kedua, khalifatullah fil ardl (wakil Allah di muka bumi).
2.    Tujuan, Visi,  Misi Pendidikan.
Tujuan dalam proses kependidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran islam secara bertahap.  Pendidikan juga bertujuan sebagai perwujudan nilai-nilai islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian islam yang beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Sedangkan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Pendidikan mempunyai visi yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.[5]
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi.
 Dalam rangka mewujudkan Visi Pendidikan Nasional dan sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Misi Pendidikan Nasional adalah:
a.    mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
b.    membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
c.    meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
d.   meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
e.    memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.
3.    Metode dan kurikulum Pendidikan.
Metode adalah suatu cara tertentu yang disusun secara sistematis untuk memper mudah pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam proses pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan. Metode menjadi sarana yang melaksanakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat di pahami oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional dalam tingkah lakunya. Dalam proses kependidikan tidak akan mungkin satu metode dipakai, akan tetapi harus diselingi dengan metode yang lain. Kemampuan seorang pendidik mengaplikasikan berbagai macam metode adalah menjadi sangat penting dalam proses pendidikan islam, karena guru adalah pelaku dalam penyampaian metode.[6]
Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.[7] Justifikasi bagi keberhasilan suatu kurikulum sangat tergantung pada kreatifitas dan penampilan guru. Guru yang kreatif dan berpenampilan baik dapat mendorong keberhasilan murid. Keberhasilan sebuah kurikulum adalah terutama ditetapkan oleh suatu proses pembelajaran yang dapat memberikan nilai-nilai tertentu untuk mencapai keberhasilan hidupnya.[8]
4.    Peran Lingkungan Terhadap Pendidikan serta Penerapan Pendidikan Berkarakter.
Lingkungan atau tempat berguna untuk menunjang suatu kegiatan, termasuk kegiatan pendidikan, karena tidak ada satupun kegiatan yang tidak memerlukan tempat dimana kegiatan itu diadakan.[9] Lingkungan islam adalah suatu institusi atau lembaga di mana pendidikan itu berlangsung. Salah satu sistem yang memungkinkan proses kependidikan islam berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuannya adalah institusi atau kelembagaan pendidikan islam. Lingkungan Tarbiyah Islamiyah itu adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulakan, bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang digunakan untuk membantu menjadikan karakter yang optimal. Pendidikan karakter mampu melatih potensi peserta didik. Pendidikan karakter juga dapat melatih kebiasaan tingkah laku yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai Universal dan tradisi budaya yang religius. Dan pendidikan karakter juga membahas peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan mempunyai banyak wawasan kebangsaan.
 REALITA
1.    Hakikat dan Konsep Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
Konsep dari madrasah tersebut adalah menciptakan peserta didik yang bermoral dan beragama. Pembentukan moral di madrasah ini sudah cukup terealisasikan, karena peserta didik terhadap pendidik memiliki sopan santun, dan hal tersebut selalu diajarkan kepada peserta didik dan sudah menjadi kebiasaan di madrasah tersebut untuk menghormati seorang guru. Dan orang-orang di sekitar mereka. Dengan adanya kebiasaan  peserta didik yang menghormati dan menghargai orang di sekitar dan khusunya sopan santun terhadappendidiknya. Maka  penanaman moral yang baik dan akhlaq mulia sudah sudah bisa dikatakan dapat terealisasikan.
2.    Tujuan, Visi,  Misi Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
Tujuan : membentuk manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berakhlaqul karimah, cerdas, dan berpengetahuan luas, cakap dan terampil, serta melaksanakan faham ahlu sunnah wal jamaah, bertanggung jawab, dan menjadi anak yang sholeh.
Visi: Maju dalam prestasi, santun dalam pekerti, ikhlas dalam berbakti.
Misi: Menjadikan Mi Nu Mafatihul Ulum unggul, mantap dalam Aqidah maupun pengembangan ilmu pengetahuan dn tehnologi, amal dan akhlaq yang dibangun atas dasar keyakinan yang kokoh dan berlandaskan ajaran islam ahlussunnah wal jamaah.
3.    Metode dan kurikulum Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
metode yang diterapkan itu menyesuaikan bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik. Jadi ada beberapa metode yang digunakan misalnya ceramah, diskusi, dan sebagainya. Namun terkadang ada metode yang belum bisa dianggap cocok untuk diterapkan, karena bisa dilihat dari peserta didik yang belum mampu memahami materi yang diajarkan. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa metode yang diterapkan belum sesuai. Biasanya hal tersebut terjadi karena ada ke egoisan pendidik yang menggunakan metode tanpa menyesuaikan peserta didik dan materi ajar, sehingga terjadi kesalahan dalam pemilihan metode. Terkadang sudah memilih metode yang bagus, namun dalam menggunakan metode pendidik belum menguasai sehingga terjadi hal yang sama yaitu peserta didik belum mampu memahami materi. Dalam penerapan metode ini tergantung pada pendidiknya masing-masing. Pendidiklah yang berperan penting dalam pemilihan metode dan penyampaian materi ajar.
Di Madrasah ini ada penambahan kurilkulum yang disebut kurikulum lokal, karena madrasah, jadi dapat tambahan muatan lokal, yang mana diantaranya ada tajwid, tauhid, ibadah, nahwu, shorof. Dan kurikulum tersebut sudah menjadi otonom madrasah sejak dulu. Biasanya muatan lokal itu juga dipengaruhi dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, jika madrasah ataupun sekolah tersebut berada di daerah industri maka dalam muatan lokal dimasukan mata pelajaran yang mengandung unsur industri. Misalnya, ada keterampilan nyulam atau bordir jika di sekitar madrasah ada indistri bordir.
4.    Peran Lingkungan Terhadap Pendidikan serta Penerapan Pendidikan Berkarakter di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
Lingkungan sekitar cukup berpengaruh dalam perkembangan peserta didik, karena anak-anak juga bersosialisasi di lingkungan tersebut. Kebetulan madrasahnya deket dengan masjid, sehingga kebanyakan masyarakat sekitar madrasah berkarakter Religius, sehingga memberi pengaruh positif terhadap peserta didik. Misalnya tiap Dzuhur peserta didik ada sholat berjamaah di masjid tersebut.
Dalam merealisasikan pendidikan berkarakter tersebut kurang maksimal, karena keterbatasan sarana dan prasarananya, sehingga hanya mampu sebagian dari pendidikan berkarakter, yaitu menciptakan peserta didik yang berakhlaq mulia. Ini sudah terealisasikan bahkan sebelum adanya pendidikan berkarakter. Peserta didik memiliki sikap yang sopan santun terhadap sesama merupan tujuan dari pendidikan di madrasah tersebut.
                                       
C.  ANALISIS
1.    Hakikat dan Konsep Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
Implemetasi konsep pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum sudah cukup terealisasikan dari teori yang ada. Peserta didik sudah menerapkan sikap menuju insan kamil seperti apa yang d katakan dlam onsep pendidikan. Siswa sudah memiliki bekal untuk menjadi insan kamil, yang mana peserta didik memiliki akhlaqul karimah. Diantaranya adalah bersikap sopan santun terhadap siapapun.
2.    Tujuan, Visi,  Misi Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
Tujuan pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus, sudah sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional yaitu idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islami yang hendak dicapai. Pendidikan yang bertujuan sebagai perwujudan nilai-nilai islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian islam yang beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat. Hal tersebut juga sudah terealisasikan pendidik memberikan tauladan yang bai, sehingga ank didikpun mengikuti akhlaq baik yang dicontohkan oleh pendidik.
Visi Madrasah tersebut sudah sesuai dengan Visi pendidikan nasional yaitu Maju dalam prestasi, santun dalam pekerti, ikhlas dalam berbakti. Yang mana sudah mencakup harapan terwujudnya manusia yang berkualitas dan proaktif menghadapi perkembangan zaman.
Misi madrasah tersebut sudah sesuai dengan Misi pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral, yaitu dengan cara mengembangkan ilmu pengetahuan dan membangun akhlaq atas dasar keyakinan yang kokoh dan berlandaskan ajaran islam. serta meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. Yaitu dengan cara mengembangkan tehnologi dan juga membangun akhlaq dengan baik.
3.    Metode dan kurikulum Pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
Metode yang digunakan di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus, sudah sesuai dengan apa ynag ada di dalam teori. Dengan kata lain implementasi dari teori sudah terealisasikan. Metode yang digunakan di Madrasah tidak hanya satu metode namun ada beberapa metode menyesuaikan materi ajar yang akan disampaikan. Dalam penyampaian metode, juga bergantung pada pendidik. Pendidik tersebut mampu atau tidak dalam menyampaikan materi ajar menggunakan metode tertentu. Karena terkadang metode yang bagus tidak bisa diterapkan karena keterbatasan kemampuan pendidik dalam mengguanakan metode. Terkadang di Madrasah tersebut ada pendidik yang egois, menerapkan metode tanpa menyesuaikan dengan peserta didik dan materi ajar. Hal inilah yang seharusnya dihindari. Karena bagaimanapun juga memahamkan peserta didik merupakan tujuan utama dalam pengajaran. Jadi harus diusahakan peserta didik mampu memahami materi yang diajarkan.
Terdapat penambahan kurikulum lokal di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus, kurikulum tersebut digunakan sebagai tambahan dalam mata pelajaran agama, diantaranya  tajwid, tauhid, nahwu, shorof. Kurikulum tersebut sudah menjadi otonom Madrasah sejak dulu. Dalam penyampaikan kurikulum tersebut belum sepenuhnya berhasil, mungkin dikarenakan sebagian atau beberapa pendidik yang belum profesional. Sehingga SDM pendidik belum berkualitas sepenuhnya.
4.    Peran Lingkungan Terhadap Pendidikan serta Penerapan Pendidikan Berkarakter di Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso kaliwungu Kudus.
Letak Madrasah berdekatan dengan Masjid, sehingga warga sekitar masjid dan madrasah tersebut memiliki karakter yang religius. Hal tersebut juga memberi pengaruh terhadap peserta didik di Madrasah. Karena karakter warga sekitar yang religius maka peserta didik di Madrasah tersebut juga memiliki mkarakter religius. Terbukti setiap Dzuhur ada sholat berjamaah di masjid baik peserta didik, maupun warga sekitar masjid. Jadi lingkungan memang berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak.
Dalam merealisasikan pendidikan berkarakter tersebut kurang maksimal, karena di Madrasah tersebut terdapat keterbatasan sarana dan prasarananya, sehingga hanya mampu sebagian tujuan dari pendidikan berkarakter yang mampu tercapai, yaitu menciptakan peserta didik yang berakhlaq mulia. Ini sudah terealisasikan bahkan sebelum adanya pendidikan berkarakter. Peserta didik memiliki sikap yang sopan santun terhadap sesama merupakan tujuan dari pendidikan di madrasah tersebut. Sedangkan untuk pengembangan kreatifitas dan potensi kurang terealisasikan secara semprna karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana di Madrasah tersebut.
D.  KESIMPULAN
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa konsep pendidikan di Mi Nu Mafatihul Ulum sudah sesuai dengan konsep pendidikan. Tujuan, visi dan misi Madrasah tersebut sudah sesuai dengan tujuan, visi dan misi pendidikan nasional. Metode yang diterapkan juga sama dengan metode yang dijelaskan dalam teori. Lingkungan sekitar Madrasah sudah memberikan dampak positif terhadap peserta didik dan memberi pengaruh yang cukup besar juga dalam perkembangan peserta didik. Dalam pendidikan berkarakter yang tercapai adalah pendidikan moralnya. sedangkan dalam penguasaan tehnologi belum tercapai karena keterbatasan sarana dan prasarana di madrasah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam. Yogyakarta: Diva Press. 2012.
Bayrakli, Bayraktar. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Jakarta: Inisiasi Press. 2004.
Faesal, Jusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insan Press. 1995.
Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002.
Rosyadi, Khoiron. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
Somad, Burlian. Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam. Cet. Ketiga. PT. Al Ma’arif. Bandung. 1981.
http://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/visi-dan-misi-pendidikan/


LAMPIRAN
DATA WAWANCARA
SETTING
Hari / tanggal              : 31 Juni 2013
Waktu                         : 19.45 WIB
Tempat                        : Rumah Narasumber
Deskripsi suasana        : Tenang
BIODATA
Nama (Inisial) :Yun Chafidhah
Jenis Kelamin  : Perempuan
Usia                 : 37 tahun
Pendidikan      : S1 STAIN Kudus
Alamat                        : Mijen Kaliwungu Kudus
Deskripsi Subyek       
©   Fisik            : kulit sawo matang, agak pendek
©   Non Fisik    : baik, ramah, tidak sombong, jujur.
DATA
Pewawancara  : Assalamualaikum, permisi bu! Bolehkah saya minta waktunya sebentar?
Narasumber     : Waalaikumsalam, oh ya boleh, silahkan.
Pewawancara  : Saya Ulya Wiji Astutik, dari Jurusan Tarbiyah PAI STAIN Kudus. Di sini saya ingin menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan Implementasi dari teori pendidikan.
Narasumber     : oh begitu baiklah, silahkan.
Pewawancara  : Apa sih Visi dan Misi dari Mi Nu Mafatihul Ulum Sidorekso Kaliwungu Kudus ini bu?
Narasumber     : Visi: Maju dalam prestasi, santun dalam pekerti, ikhlas dalam berbakti.
Misi: Menjadikan unggul, mantap dalam Aqidah maupun pengembangan ilmu pengetahuan dn tehnologi, amal dan akhlaq yang dibangun atas dasar keyakinan yang kokoh dan berlandaskan ajaran islam ahlussunnah wal jamaah.

Pewawancara  : Kemudian, Tujuan dari Madrasah tersebut apa bu?
Narasumber     : Tujuan : membentuk manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berakhlaqul karimah, cerdas, dan berpengetahuan luas, cakap dan terampil, serta melaksanakan faham ahlu sunnah wal jamaah, bertanggung jawab, dan menjadi anak yang sholeh.
Pewawancara  : Konsep pendidikan adalah menciptakan manusia yang bermoral dan beragama, apakah hal tersebut sudah terealisasikan bu? Dan bagaimana penerapannya?
Narasumber     : iya, dalam pembentukan moral di madrasah ini sudah cukup terealisasikan, karena peserta didik terhadap pendidik memiliki sopan santun, dan hal tersebut selalu diajarkan kepada peserta didik dan sudah menjadi kebiasaan di madrasah tersebut untuk menghormati seorang guru. Dan orang-orang di sekitar mereka. Jadi penanaman moral yang baik dan akhlaq mulia sudah terealisasikan.
Pewawancara  : Apa saja bu metode yang diterapkan dalam pembelajaran? Dan apakah sudah cocok untuk diterapkan kepada peserta didiknya.
Narasumber     : metode yang diterapkan itu menyesuaikan bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik. Jadi ada beberapa metode misalnya ceramah, diskusi, dan sebagainya. Namun terkadang ada metode yang belum bisa dianggap cocok untuk diterapkan, karena peserta didik belum mampu memahami materi yang diajarkan. Biasanya hal tersebut terjadi karena ada ke egoisan pendidik yang menggunakan metode tanpa menyesuaikan peserta didik dan materi ajar, sehingga terjadi kesalan pemilihan metode. Namun terkadang sudah memilih metode yang bagus, namun dalam menggunakan metode pendidik belum menguasai sehingga terjadi hal yang sama yaitu peserta didik belum mampu memahami materi. Dalam penerapan metode ini tergantung pada pendidiknya masing-masing. Pendidiklah yang berperan penting dalam pemilihan metode dan penyampaian materi ajar.

Pewawancara  : Apakah ada penambahan atau pengurangan kurikulum di madrasah tersebut? Dan apakah kurikulum tersebut sudah cocok diterapkan?
Narasumber     : oh iya pastinya ada, karena madrasah jadi dapat tambahan muatan lokal, yang mana ada tajwid, tauhid, ibadah, nahwi, shorof. Dan kurikulum tersebut dah menjadi otonom madrasah sejak dulu. Biasanya muatan lokal itu juga dipengaruhi dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, jika madrasah taupun sekolah tersebut berada di daerah industri maka dalam muatan lokal dimasukan mata pelajaran yang mengabdung unsur industri. Misalnya, ada keterampilan nyulam atau bordir karena di sekitar madrasah ada indistri bordir.
Pewawancara  : kemudian, bagaimana pengaruh lingkungan sekitar madrasah terhadap peserta didik di madrasah tersebut?
Narasumber     : pastinya berpengaruh sekali ya, karena anak-anak juga bersosialisasi di lingkungan tersebut. Kebetulan madrasahnya deket dengan masjid, sehingga kebanyakan masyarakat sekitar madrasah berkarakter Religius, sehingga memberi pengaruh positif terhadap peserta didik. Misalnya tiap Dzuhur peserta didik ada sholat berjamaah di masjid tersebut.
Pewawancara  : Dalam pendidikan berkarakter tentunya dituntut untuk menghasilkan peserta didik yang berakhlaq mulia, dan apakah hal tersebut sudah tercapai, terus bagaimana kira2 solusinya jika belum tercapai?
Narasumber     : dalam merealisasikan pendidikan berkarakter tersebut kurang maksimal, karena keterbatasan sarana dan prasarananya, sehingga hanya mampu sebagian dari pendidikan berkarakter, yaitu menciptakan peserta didik yang berakhlaq mulia. Ini sudah terealisasikan bahkan sebelum adanya pendidikan berkarakter. Peserta didik memiliki sikap yang sopan santun terhadap sesama merupan tujuan dari pendidikan di madrasah tersebut.
Pewawancara  : Terima kasih atas waktunya bu,
Narasumber     : iya sama-sama.


[1] Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Jakarta: Inisiasi Press, 2004, hal. 121
[2] Ibid, hal. 128
[3] Burlian Somad, Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam, Cet. Ketiga, PT. Al Ma’arif, bandung, 1981, hal. 20
[4] Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Hal. 35
[5]http://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/visi-dan-misi-pendidikan/
[6] Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004m hal. 209-209
[7] Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam, Yogyakarta: Diva Press, 2012, hal. 35-36
[8] Jusuf Amir Faesal, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insan Press, 1995, hal. 56-59
[9] http://inmuchlis.blogspot.com/2011/11/tinjauan-filosofis-tentang-lingkungan.html