Wednesday, 2 October 2013
BERFIKIR SISTEMIK DALAM PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam pendidikan, dimana melalui pendidikanlah diharapkan mampu membawa kearah mana bangsa ini akan melangkah, pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dan multi makna. sebagaimana yang telah dirumuskan tujuan pelaksanaan pendidikan tak luput dari beberapa komponen yang menunjang, dari berbagai komponen/elemen-elemen yang menyatu itulah akan terlaksana “sebuah sistem”, sebab di muka bumi ini tiada hal yang tak saling terkait, semua saling melengkapi dan menyempurnakan demi terwujudnya suatu goal/tujuan yang hendak dicapai. Beberapa komponen yang berada dalam sistem telah terintruksi untuk mencapai suatu goal, dan tujuan tersebutlah yang membimbing kita tentang apa yang harus dikerjakan.
Banyak fenomena yang muncul dalam pembelajaran, baik dengan penyebab langsung maupun tak langsung, terkadang idealisme memang tak selamanya selaras dengan realitas yang kita temui, praktik pembelajaran yang dilakukan dengan baik dan tepat akan menghasilkan sumbangsih baik kepada anak didik, sebaliknya jika pembelajaran dilakukan tidak tepat, maka potensi siswa sulit dikembangkan. Di Magelang ada siswa SD ditempeleng gurunya hanya gara-gara siswa menyela pembicaraan guru yang sedang mengumumkan acara pertunjukan sulap. Di Tanjung Pinang ada oknum guru olahraga menendang siswanya saat pelajaran praktek dilaksanakan dengan alasan mendidik
Berangkat dari realitas pembelajaran yang sudah terlaksana dan terdapat kekurang efektifan, maka pemakalah akan membahas tema” Berfikir Sistemik dalam Pembelajaran”, demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional yang mampu menghasilkan output/SDM handal di masa yang akan datang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemahaman konsep pendekatan sistem?
2. Bagaimana aplikasi berfikir sistemik dalam pembelajaran?
3. Apa Intisari Berfikir sistemik dalam pembelajaran?
C. PEMBAHASAN
1. Pemahaman konsep pendekatan sistem
Istilah sistem meliputi spektrum konsep yang luas sekali. Misal diantaranya adalah sekolah, sekolah merupakan sebuah sistem karena terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Dapat di jelaskan dengan ciri-ciri suatu sistem adalah memiliki tujuan, fungsi, komponen, interaksi, penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan, proses transformasi, umpan balik, kawasan dan lingkungan.
Tujuan suatu sekolah adalah untuk memberi pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkannya. Fungsi dalam suatu lembaga sekolah riset rancangan, produksi seleksi logistik, pemanfaatan, evaluasi, manajemen organisasi, manajemen personal. Komponen yang ada dalam lembaga pendidikan yaitu dosen, peneliti, spesialis media, guru, sarana dan prasarana, metode, dsb. Komponen dalam suatu lembaga pendidikan harus saling interaksi misalnya dalam alat proyektor membutuhkan listrik, disanalah interaksi antara aliran listrik dengan proyektor. Contoh lain adalah interaksi antara siswa dan guru yang menghasilkan pengetahuan baru bagi siswa.
Dalam suatu lembaga sekolah juga adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan ketrerpaduan, misalnya metode dengan media atau alat, karena penggabungan metode yang di gunakan dengan dukungan adanya alat akan menjadi suatu keterpaduan. Dalam lembaga pendidikan ada pula proses transformasi, yakni transformasi suatu nilai yang akan di terima siswa dari seorang guru. Sistem lembaga pendidikan memiliki kawasan dan lingkungan karena semua proses terjadi di dalam lingkungan yang ada dalam sebuah sistem dan menjadi batasan sistem itu sendiri.
Gagasan inti sitem filosofis ialah bahwa suatu sistem merupakan kumpulan dari sejumlah komponen, yan saling berinteraksi dan saling bergantungan satu sama lain. Untuk menegenal suatu sistem, kita harus mengenal semua komponen yang beroperasi di dalamnya. Perubahan suatu sistem harus pula dilihat dari perubahan komponen-komponen tersebut. Kita tak mungkin mengubah suatu sistem tanpa perubahan sistem secara menyeluruh. Sistem filosofis cenderung untuk menkondisikan pendekatan tertentu terhadap masalah dengan cara membentuk sikap dan persepsi. Sikap terhadap sistem adalah sensitivitas terhadap hakikat sistemis dari kenyataan, sikap sensitif terhadap variabel-variabel dlam sistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Itu sebabnya para perancang sistem harus bersikap pragmatis, senantiasa tanggap terhadap kenyataan yang sesungguhnya. Konsep sistem setidaknya menyangkut pengertian adanya elemen atau unsur yang membentuk kesatuan, lalu ada atribut yang mengikat mereka, yaitu tujuan bersama.
Banyak ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan adalah merupakan sistem terbuka(open system). Artinya proses pendidikan sangat ditentukan oleh perkembangan atau dinamika perkembangan dari luar pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan harus mampu merespon perkembangan dan dinamika yang ada diluar pendidikan, misalnya dinamika buaya, social, teknologi dan politik.
2. Aplikasi Sistem dalam Pembelajaran di Sekolah
Pengaplikasian Sistem dalam Pembelajaran di Sekolah yakni imana beberapa elemen pembelajaran yang telah terikat haruslah juga iterapakn, sebagamana memaknai sebuah sistem tak cukup hanya i iskusikan saja, tetapi harus aa pengaplikasiananya, agar hasil optimal apat iperoleh, seluruh potensi baik kognitif, afektif an psikomotorik apat terpenuhi.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan sebuah sistem, artinya terciptanya sebah pembelajaran disebabkan karena ada berbagai komponen atau faktor yang berinteraksi.
Pengertian dari sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Sesuai dengan rumusan tersebut maka unsur manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran tersebut adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga kependidikan lainnya
. Sedangkan unsur material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur/spidol, fotografi, slide, film, audio dan video tape (lebih umum disebut media pendidikan). Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audiovisual bahkan juga komputer. Lebih lanjut komponen unsur material ini bisa juga disebut sebagai sumber belajar. Menurut Ahmad Rohani sumber belajar (learning resourses) adalah segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
Sumber belajar inilah yang memungkinkan peserta didik (siswa) berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak trampil menjadi trampil. Dan dari sumber-sumber belajar itu pula siswa bisa membedakan mana yang mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang tercela. Dengan cakupan yang lebih luas sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat menimbulkan proses belajar, yakni adanay perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Roestiyah, NK , sumber belajar itu meliputi:
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat)
b. Buku/perpustakaan
c. Media Masa
d. Lingkungan
e. Alat pelajaran (buku, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol dll)
f. Museum
Sedangkan menurut Sudirman,N, dkk , bahwa macam-macam sumber belajar itu adalah :
a. Manusia
b. Bahan (materials)
c. Lingkungan (setting)
d. Alat dan perlengkapan
e. Aktivitas yang meliputi :
• Pengajaran berprogram
• Simulasi
• Karyawisata
• sistem pengajaran modul
Bila ditinjau dari konsep pendidikan Islam, sistem pembelajaran dapat kita jumpai pada wahyu pertama QS.Al Alaq : 1-5, dalam kelima ayat tersebut jelas mengandung pesan yang dapat ditafsirkan sebagai sistem pendidikan dan pengajaran. Pada ayat tersebut sekurang-kurangnya terdapat lima 5 komponen pendidikan :
1) komponen guru (yaitu Allah, SWT) karena Dia-lah yang memerintahkan membaca kepada Nabi Muhammad SAW.
2) komponen murid (Nabi Muhammad SAW) yang diperintah untuk membaca yang bisa diartikan secara luas termasuk mengobservasi, mengklasifikasi,membandingkan, mengukur, menganalisa, menyimpulkan dan sebagainya
3) . komponen metode, yaitu membaca (iqro’) sehingga ada istilah metode iqro’
4) komponen sarana-prasarana (diwakili kata qalam) dalam arti yang seluas-luasnya termasuk alat tulis, alat hitung, alat rekam dan alat/sarana prasarana lainnya.
5) komponen kurikulum (‘allamal insana maa lam ya’lam), yang tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup pula berbagai sumber belajar yang berada dilingkungan sekolah dan masyarakat sepanjang hal itu belum diketahui manusia dan dibutuhkannya.
3 Intisari Berfikir sistemik alam pembelajaran
Sebagaimana beberapa penjelasan yang telah tertera, apat kita intisarikan bahwa Secara sederhana, berpikir adalah olah otak untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Dengan demikian, berpikir mestinya menghasilkan “tahu tentang sesuatu”, yang jika diakui umum menjadi pengetahuan. Proses mengetahui sesuatu itu membutuhkan waktu berpikir, prosesnya dapat cept atau lambat, yang bergantung kerumitannya. Lazimnya, cara berpikir untuk mengetahui sesuatu adalah dengan mengurai dan merangkai sesuatu, yang menghasilkan pengertian dan pengetahuan baru. Berpikir yang menekankan keseluruhan rangkaian bagian secara terpadu itu disebut Berpikir Sistemik. Syarat awal untuk memulai berpikir sistemik adanya kesadaran untuk menghormati dan memikirkan suatu kejadian sebagai sebuah sistem.
Berpikir sistemik (systemic thinking) mengkombinasikan antara analytical thinking (kemampuan mengurai elemen-elemen suatu masalah) dengan synthetical thinking (memadukan elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan). .
Analisis adalah alat untuk memahami elemen-elemen suatu permasalahan. Misalnya, mengapa terjadi banjir dan longsor di suatu daerah? Maka, kita perlu meneliti: saluran air, kondisi tanah, aliran sungai, kondisi gunung atau hutan di hulu, dan curah hujan yang terjadi.
Sintesis, yakni proses untuk memahami bagaimana elemen-elemen itu berfungsi secara bersama-sama. Di sini kita dituntut memahami elemen-elemen tersebut secara mendasar sebelum memadukannya. Kita bisa melihat hubungan yang jelas antara curah hujan yang tinggi dengan kondisi hutan atau gunung yang gundul, lalu menyebabkan aliran sungai yang sangat deras dan akhirnya menyembur ke daerah tertentu. Kondisi makin parah, apabila saluran air di daerah sangat buruk, sehingga tak bisa menampung aliran air yang melimpah (banjir) dan kondisi tanah yang rawan hingga menyebabkan longsor.
Untuk memudahkan jalan dalam berpikir sistemik, penetapan tujuan dari sistem dinyatakan dalam bentuk yang lebih nyata, yaitu kinerja sistem yang teramati sebagai capaian hasil kerja dari sistem. Kinerja sistem yang teramati adalah muara dari rangkaian kejadian dalam sistem, baik sistem fisik maupun nonfisik. Ringkasnya, kinerja sistem berkaitan dengan kerja dari keseluruhan unsur sistem yang saling berpengaruh dalam batas dengan lingkungan tertentu.
D. KESIMPULAN
Berpikir sistemik (Systemic Thinking) adalah sebuah pola piker imana ketia kita menghaapi sebuah permaslahan terlebih alam biang peniikan, maka tiak seharusnya kita langsung menangani semuanya, akan tetapi menghubung-hubungkan antar kesatuan sistem tersebut, hingga apat iketahui akar permaslahan, untuk iapatkan jalan keluar aari permasalahn ,
Diharapkan pula dengan berpikir sistemik dalam pembelajaran kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-masing itu saling berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung didalam suatu sistem untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi suatu sistem dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih kompleks, yang berarti bahwa kita yang mempertimbangkannya sebagai system, dan kita sendiri yang menentukan batas-batas dari system itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: P.T. Bumi Aksara.
Maksum ,Ali dan Luluk Yunan Ruhendi. Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post-Modern. Yogyakarta: IRCiSoD. 2004.
Muchith, M.Saekan. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL MediaGroup. 2008.
Mudhofir. Teknulogi Intruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Liputan Seputar Inonesia. RCTI.18 Januari 2007.
UU RI no.20 Th.2003 Tentang Sistem Peniikan Nasional Bab III pasal 4. Yogyakarta: BENING. 2010
http://amachmud.blogspot.com/2011/04/berpikir-sistemik-dalam-pembelajaran.html
http://srihendrawati.blogspot.com/2012/04/berpikir-sistemik.html
http://siraitrina.wordpress.com/2010/10/27/modul-iv-berpikir-sistemik
![](http://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwUCjLFZlmiquHBoQgbmJaB4GCBfJl327twae1Mz47VRBdI2vOefo88Q4Fgiuo76u6YOpShN8Ye_bxsGB2_6Sf0QVCvedvsjkg7LcBmVf9biucvXQxcYogMtPGNJXQeRE/s220/inbound4608522096789982510.jpg)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment