Nama: Ulya
Wiji Astutik
Nim: 111214 /
F
Jurisan:
Tarbiyah / PAI
|
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani, philosophia.
Philein artinya cinta, mencintai, philos artinya pecinta, dan sophia
artinyakebijaksanaan atau hikmat. Cinta artinya hasrat yang besar atau
berkobar-kobar atua sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati.
Menurut KBBI filsafat yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Ada 3 karakteristik
berfikir filsafat, yaitu:[1]
1. Sifat menyeluruh, seornag ilmuan tidak akan
pernah puas jika hanya mengenala ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri
2. Sifat mendasar, yaitu sifat yang tidak saja
begitu percaya bahwa ilmu itu benar
3. Spekulatif, yaitu dalam menyusun sebuah
lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi
titik akhirnya dibutuhkan sifat spekulatif, baik sisi proses, analisis maupun
pembuktiannya sehingga dapat di pisahkan man ayang logis atau tidak.
Filsafat pertama muncul di Yunani kira-kira
abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi
tentang keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dna tidak
menggantungkan diri pada agama lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul
di Yunani, bukannya di daerah yang beradab lain kala itu, seperti Babilonia,
Yudea (Israel), atau Mesir? Jawabannya sederhana, yaitu di Yunani tidak seperti
daerah lain-lainnya, tidak terdapat kasta pendeta sehingga secara intelektual,
mereka lebih bebas. Orang Yunani pertama yang diberi gelar filsuf adalah Thales
dari Mileta – sekarang pesisir barat Turki. Akan tetapi, filsuf-filsuf Yunani
yang terbesar tentu saja Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru
Plato, sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan, ada yang berpendapat
bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato”. Hal
ini menunjukkan pengaruh Plato yang sanagat besar pada sejarah filsafat.
Filsafat dibagi menjadi filsafat Barat,
filsafat Timur dan filsafat Islam.
1. Filsafat Barat
Filsafat berkembang dari tradisi falsafi orang
Yunani Kuno. Dalam pemikiran Barat konvensional, pemikiran yang sistematis,
radikal, dan kritis sering merujuk pada pengertian yang ketat dan harus
mengandung kebenaran logis. Mislanya, aliran empirisme, positivisme, dan
filsafat analitik memberikan kriteria bahwa pemikiran dianggap filosofis jika
mengandung kebenaran korespondensi dan koherensi. Korespondensi adalah
sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan
empiris.
Di penghujung abad ke-5 S.M. penyelidikan
semakin canggih namun masih berupa penjelasan spekulatif mengenai fenomena akal
sehat ketimbang argumen yang benar-benar teknis tentang pengalaman-pengalaman
buatan yang terkendali (controlled artificial experiences) yang baru
muncul bersama Aristoteles. Selain itu, walaupun filsafat ini tumbuh subur di
kalangan elit yang hidup di zaman yang di namai zaman emas ketika Perikles
memerintah Athena, namun akal sehat (common sense) pada zaman itu masih bersifat mistis dan magis, yang dapat
dilihat dari daftar keahlian yang tertulis dalam Dunia Prometheus karya
Aeschylus. Di masa-masa sulit di
penghujung abad ke-5 S.M., kecurigaan terhadap ketakberagamaan di kalangan para
filsuf menguat da hal itu tersirat dalam penghukuman terhadap Anaxagoras dan
dalam serangan kepada Sokrates dalam Awan-Awan karya Aristhophanes.[2]
Sejarah filsafat diawali dari filsafat Yunani
yang merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia. Hal
tersebut karena pada periode tersebut terjadi perubahan pola pikir masyarakat
yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gema
bumi, pelangi, dan sebagainya. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa,
tetapi Dewa Bumi sedang menggoyangkan kepalanya. Akan tetapi, ketika filsafat
diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas
dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Filsuf alam pertama
yang mengkaji asal ususl alam adalah Thales (624-546 SM). Ia mengatakan asal
alam adalah air karena air merupakan unsur penting bagi setiap makhluk hidup.
Air daat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda padat, seperti es,
dan bumi ini juga berada diatas air. Heraklitos menytimpulkan bahwa yang
mendasar dalam alam semesta ini adalah api, dengan alasan api dapat mengeraskan
adonan roti dan pada sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor
pengubah dalam alam ini sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan
itu sendiri. Karena filsuf alam tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan
sehingga muncul kaum sofis yang memulai kajian tentang manusia dan
menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Mereka memberi ruang untuk
berspekulasi dan sekaligus merelatifkan teori ilmu, sehingga muncul sintesis
baru.
Namun, Socrates,Plato, dan Aristoteles menolak
relativisme kaum sofis. Menurut mereka,
ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Periode setelah socrates
disebut dengan zaman ke emasan filsafat yunani karena pada zaman i ni kajian
–kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dna filsafat tentang
manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah plato, yang kemudian menjadi murid
socrates. Menurutnya, kebenaran umu itu
benar-benar ada, tidka dibuat-buat, bahkan sudah ada dialam ide. Puncak
kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles. Ia murid Plato,
berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang
dipersatukannya dalam satu sistem, yaitulogika, matematika, fisika, dan
metafisika, logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut
silogisme.
2. Filsafat Timur
Tradisi filsafat timur berkembang di Cina dan
India, hampir bersamaan dengan berkembangnya filsafat di Yunani Kuno. Tradisi
fisafat utama yang berkembang memiliki ciri khas filsafat timur artinyabersifat
spiritualistik. Meskipun hal tersebut bisa disebut atau dianggap sebagai
filsafat barat pada abad pertengahan di dunia barat, namun di dunia barat masih
menonjolkan ilmu filsafatnya di banding agamanya. Nama-nama tokoh filsafat
timur diantaranya Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi. Pemikiran dari filsafat timur
sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan
tidak kritis.[3]
Hal tersebut disebabkan karena pemikiran filsafat timur lebih menonjolkan sisi
agamanya dibandingkan sisi filsafat atau logikanya. Pemikiran filsafat timur
tidak menggunakan sistematika yang ada dalam filsafat barat.
3. Filsafat Islam
Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran
umat islam dalam ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari
ajaran islam. Pada periode antara 750 M dan 1100 M merupakan abad keemasan masa
dunia islam.[4] Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan
intelektual atau berfikir berdasarkan ilmu pengetahuan. Tetapi juga membuktikan
kecintaan umat islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap mereka kepada para
ilmuan, tanpa memandang agama mereka. Ilmuan non muslim yang di hormati oleh
islam diantaranya adalah Plato dan Aristoteles yang telah memberikan pengaruh
yang besar pada mazhab-mazhab islam.
Al farabi telah mengenalkan dan mengembangkan
cara berfikir logis (menggunakan logika) pada dunia islam, sehingga al farabi
di jadikan filsuf islam yang sangat berjasa. Al farabi telah menterjemahkan
berbagai karangan dari Aristoteles yang diantaranya Categoris, Hermeneutics,
First, dan Second Analysis ke dalam bahasa Arab. Al farabi juga
telah membcarakan berbagai sistem logika dan cara berikir deduktif dan
induktif. Sealin itu, Al Farabi dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu
musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh phytagoras. Karena jasa beliau, Al Farabi
di beri gelar Guru Kedua, yang sebelumnya Guru pertama adalah Aristoteles. Jasa
al Farabi yang lain yang cukup memberi konstribusi yang sangat bernilai dunia
islam adalah usahanya mengklasifikasika ilmu pengetahuan. Al farabi telah
memberikan definisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada
zamannya. Al Farabi mengklasifikasikan
ilmu ke dalam tujuh cabang, yaitu logika, percakapan, matematika,
fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqh (hukum). Tujuh cabang ilmu tersebut
di klasifikasikan dan di bagi menjadi beberpa ilmu lagi.
Buku pembagian ilmu tersebut telah
diterjemahkan ke dalam bahasa latin untuk konsumsi bangsa Eropa dengan judul De
Divisione Philosophae. Karya lain yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
latin adalah berjudul De Scientiis atau
De Ortu Scientearum. Buku tersebut mengulas berbagai jenis ilmu seperti,
ilmu kimia, optik, dan geologi. Al Farabi terkenal dengan doktrin wahda
al-wujud membagi hierarki wujud yaitu:[5]
1. Di puncak hierarki, wujud adalah Tuhan yang
merupakan sebab bagi keberadaan yang lain.
2. Para malaikat di bawahnya merupakan sebab
keberadaan yang lain.
3. Benda-benda langit (angkasa).
4. Benda-benda Bumi.
Perkembangan filsafat di dunia Islam ini
mendapat tempat yang sangat istimewa. Di sebabkan jika dilihat dari sejarah
bahwa filsif dari tradisi Islam bisa dikatakan sebagai ahli waris tradisi
filsafat Barat (Yunani). Ada dua pendapat mengenai konstribusi peradaban islam terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang erus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan
bawa, orang Eropa belajar filsafat dari filsuf Yunani, seperti Aristoteles
melalui kita-kitab yang sudah disalin oleh St. Agustine, yang kemudian
diteruska oleh Anicius Manlius Boethius dan John Scotus. Pendapat kedua
menyatakan bahwa, orang Eropa belajar filsafat orang Yunani, yaitu buku-buku
filsafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh filsuf islam
yaitu Al Kindi dan Al Farabi.
[2] Jerome R. Ravertz, Filsafat
Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Terj. The Philosophy of
Science, Oxford University Press, 1982. Hal. 7