IMAN KEPADA RASUL MELALUI HIDAYAH NAQLI
A. PENDAHULUAN
Seorang muslim wajib beriman
kepada seluruh nabi dan Rasul yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan
namanya maupun yang tidak disebutkan. Bagi yang tidak disebutkan namanya kita
wajib beriman secara ijmal saja, sedangkan bagi yang disebutkan namanya kita
wajib beriman secara tafshil.[1]
Seorang muslim
wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan dan keistimewaan
satu sama lain, tugas dan mukjizat masing-masing seperti yang dijelaskan oleh
Allah dan RasulNya di dalam Al Quran Al Karim dan Sunnah Rasul. Tidak sah iman
seseorang yang menolak walau hanya satu
orang Nabi atau Rasul dari seluruh Nabi dan Rasul-Rasul yang di utus
oleh Allah SWT. Dalam hal ini Allah berfirman:[2]
اِنَّ
الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللًّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرَيْدُوْنَ اَنْ
يُفَرِّقُوْابَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهٍ وَيَقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ
وَنَكْفُرُبِبَعْضٍ وَيُرِيْدُوْن اَنْ يَتَّخَذُوْابَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً،
اُولَئِكَ هُوَالْكَفِرُوْنَ حَقًاوَاَعْتَدْنَالِلْكَفِرِيْنَ عَذَابًامُهِيْنًا
“sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan
Rasul-RasulNya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan RasulNya, dengan
mengatakan: “kami beriman kepada yang sebagian dan kafir terhadap sebagian yang
lain.” serta bermaksud mengambil jalan tengah diantara yang demikian itu.
Merekalah orang-orangyang benar-benar kafir. Kami telahmenyediakan untuk
orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.”(An-Nisa’4:150-151).
Seorang muslim wajib mengimani bahwa
Nabi Muhammad SAW adalah penutup sekalian Nabi-Nabi. Tidak ada lagi Nabi
sesudah beliau. Nabi Muhammad SAW adalah afdhalul anbiya’ wal mursalin (yang
paling utama dari seluruh Nabi dan Rasul) dan tentu saja afdhalul khalq
(makhluk Allah yang paling utama) (HR. Muslim dan Tirmidzi). Namun demikian
seorana muslim hanya wajib mengikuti dan melaksanakan syariat yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW, karena syariat yang dibawa oleh Rasul-Rasul terdahulu khusus
untuk umatnya masing-masing, sedangkan syariat islam yang dibawa oleh
Rasulullah SAW berlaku umum untuk seluruh umat manusia. Seorang muslim wajib
mencintai Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada siapa dan apa saja selain
Allah. Allah SWT menjadikan ittiba’ur Rasul (mengikuti Rasulullah SAW) sebagai
bukti cinta kepadaNya. Allah berfirman:[3]
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللَّهَ فَاتَّبِعُوْنِى
يُحْبِبْكُمث اللَّه
“katakanlah: “jika
kamu semua mencintai Allah, maka ikutilah aku (muhammad), niscaya Allah akan
mencintaimu.” (Ali-Imran 3: 31)
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar
belakang tersebut dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa definisi dari Iman dan
Rasul?
2.
Bagaimana cara beriman kepada
Rasul melalui hidayah naqli?
3.
Apa urgensi beriman kepada
Rasul melalui hidayah naqli?
C. PEMBAHASAN
1.
Definisi
Iman dan Rasul
Iman adalah tashdiq (pembenaran) yang disertai dengan
amal. Tashdiq dan amal itu dua hal yang tidak terpisahkan. Apabila terdapat
tashdiq, maka amalnya pun ada, dan sebaliknya. Tashdiq yang dimaksud disini
meliputi seluruh masalah ghaib yang diberitakan oleh Allah SWT dan Rasulullah
SAW. Barang siapa mendustakan sebagian dari apa yang telah diberitakan Allah
dan RasulNya, berarti imannya telah berkurang. Seseorang itu disebut beriman,
bila dia meyakini dengan sungguh-sungguh beberapa asas yang terkandung dalam
kalimat laa ilaaha illallah.[4]
Masalah iman tidak dapat dilihat dengan sudut pandang
akal semata-mata. Peranan akal dalam permasalahan ini hanyalah untuk mengetahui
kebenaran Rasul dalam menceritakan sesuatu yangg diterimanya dari Allah.jadi,
kita hanya membicarakan kerasulan dan mengamati berita yang dibawanya, sehingga
kita mengetahui dengan yakin bahwa Rasul itu berbuat benar. Setelah yakin
dengan kebenaran tersebut, kita harus menerima berita tentang perkara ghaib
yang dibawanya, tanpa menilainya dengan akal. Akal tidak dapat memahami
sesuatu, kecuali sesuatu tersebutdapat diterima panca indra.[5]
Secara
etimologis Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk
menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang
yang diutus oleh Allah SWT untuk
menyampaikan misi, pesan (ar-risalah). Secara terminologis Rasul adalah manusia
biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dan diiringi dengan kewajiban menyampaikannya
atau membawa satu misi (ar-risalah) tertentu.[6]
Sebagaimana manusia biasa lainnya Rasulpun hidup seperti
kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, , punya anak, merasa
sakit, senag, kuat, lemah, mati, dan
sifat-sifat manusiawi lainnya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:[7]
وَمَااَرْسَلْنَاقَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
اِلاَّاِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِى الاَسْوَاقِ
“dan Kami tidak mengutus Rasul-Rasul sebelum mu,
melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar...”
(Al-Furqan 25: 20).
وَلَقَدْاَرْسَلْنَارُسُلًامِنْ قَبْلِكَ وَجْعَلْنَالَهُمْ
اَزْوَاجًاوَذُرِّيَّةً
“dan sesungguhnya Kami telah
mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka isteri
isteri dan keturunan...” (Ar-Ra’d 13:38).
Rasul semuanya terdiri dari laki-laki, tidak seorangpun
Rasul dari jenis perempuan. Dalam hal ini Allah SWT menegaskan.
وَمَااَرْسَلْنَاقَبْلَكَ اِلاَّرِجَالاًنُوْحِى اِلَيْهِمْ
فَاسْئَلُوْااهْلَ الَّذِكْرِاِنْ كُنْتُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ
“Kami tiada mengutus Rasul-Rasul
sebelummu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yaang Kami beri wahyu
kepada mereka, maka tanyakanlah oleh mu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu
tiada menetahui.” (Al-Anbiya’ 21: 7).
2.
Cara beriman
kepada Rasul melalui hidayah naqli
Konsekuensi yang pasti terjadi dalam keimanan kepada
keRasulan ini adalah bahwa umat manusia mesti mengikuti jalan yang telah
ditempuh para dan Rasul Allah itu, tidak saja dalam masalah Aqidah dan
peribadatan, tetapi sekaligus dalam aspek kehidupan. Sebab, berdasarkan ilmu
dan ma’rifat yang diberikan Allah kepada para Rasul, mereka mampu membedakan
jalan yang lurus dari jalan yang menyimpang dalam bentukya yang demikian jelas
dan meyakinkan, karena semua peritah dan larangan mereka tidak berasal dari
didi mereka sendiri, melainkan dari Allah SWT yang telah di sebut dalam
Al-Quran. Dan Allah menyerukan kepada mereka agar mentaati para
Rasul sebab, mentaati Rasul berarti mentaati Allah, dan mengikuti jalan yang
mereka tempuh merupakan sarana memperoleh mardhatillah.[8]
“dan Kami
tidak mengutus seorang Rasul, kecuali untuk ditaati dengan seizin Allah” (QS.
An-Nisa’ 4: 64)
Melalui
nash-nash Al-Quran kita mengetahui dengan jelas kesaksian akan kebenaran
Rosulullah saw, sang pengemban risalah,
diantara nya sebagai berikut:
1.
Allah
SWT menyeru kepada umat manusia untuk beriman kepada Rosulullah saw, melalui pengamatan mereka terhadab kebenaran yang
didatangkan dari sisi Allah. Dalam firman-Nya
يَأَيُّهَاالنَّاسُ
قَدْجاأكم الّرسول با لحقّ من رّبّكم فأمنواخيرًالّكموإن تكفروافإنّ لله مافى
السّمواتِ والأرضِ
”wahai manusia, sesungguhnya telah dating rasul (Muhammad) itu padamu dengan (membawa) kebenaran dari tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan, jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah
sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang ada dilangit dan dibumi itu adalah kepunyaan Allah…” (an-Nisa’:170)
2.
Allah
SWT menegaskan anjuran-Nya untuk mentadaburi (menela’ah dan mengkaji) Al-Qur’an,
sebab melalui aktifitas tadaburakan terbukti bahwa Al-Qur’an
semuanya adalah hak/benar, sekaligus membuktikan bahwa al-Qur’an dating dari Allah SWT. jika Al-Qur’an
itu adalah hasil karya manusia pasti banyak perbedaan dan perbenturan, baik kata
maupun maknanya.
Rasulullah (Muhammad saw) adalah mubalig
(penyampai) Al-Qur’an, maka hal ini menunjukkan bahwa beliau adalah rosul utusan Allah.
Allah SWT
menyatakan bahwa kepatuhan dan keta’atan kepada rosulullah saw. Berarti ketaatan kepada Allah, Allah
berfirman dalam surat an-Nisa’:82
“maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al-Qur’an? Kalau kiranya
Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya.”
3.
Allah
SWT menjelaskan sifat ulilalbab
(paracendekia) yang menyatakan keimanan mereka terhadap rasul yang menyuruh kepada iman dan kebenaran. Para cendekia ini dengan serta merta memenuhi seruan rosulullah setelah mengetahui dengan yakin bahwa inti risalah yang di emban beliau adalah hak (benar) tanpa keraguan sedikitpun.
“yatuhan
kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyuruh kepada iman, yaitu berimanlah kamu kepada tuhanmu, maka kami pun beriman. YaTuhan kami,
Ampunilah bagi
kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah
kami serta orang-orang yang berbakti (ali imron:193)
4.
Allah
SWT memerintahkan Muhammad saw untuk memproklamasikan ditengah umat manusia bahwa dia adalah rasul utusan Allah bagi mereka semua. Juga menjelaskan kepada
seluruh manusia bahwa inti dakwahnya dalam risalah yang diembannya adalah menyuruh
kepada pengesaan Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang tiada tuhan yang
berhak untuk disembah kecuali yang maha menghidupkan dan maha mematikan. Mereka beriman kepadanya dan kepadarasulnya yang
ummi.
No comments:
Post a Comment